Mia Kultsum Safitri Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta.
OPINI.CO. SURAKARTA - Saat ini marak sekali
pembicaraan dan berita tentang perjudian secara online, terlebih mahasiswa pun
banyak sekali yang menjadi pemain di judi online ini. Alasan mereka hanya ingin
melampiaskan rasa yang mereka pendam seperti stres dan depresi, dan juga agar
mereka tidak terlalu memikirkan beban hidup mereka saat ini. Namun, yang
terjadi justru sebaliknya. Judi online menjadi wadah penambah tekanan beban
dalam pikiran pemainnya dikarenakan judi online ini memiliki simbiosis yang
sangat tidak masuk akal. Mengapa disebut simbiosis yang tidak masuk akal?
Karena, adanya kemenangan pada satu pemain, maka ini dapat merugikan semua
pemain yang terlibat. Dengan begitu, pemain yang kalah ini menjadi tertekan dan
menambah beban pikirannya karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan
kenyataannya.
Judi merupakan salah satu
tindakan sosial yang disebabkan hilangnya kegiatan produksi pertanian karena
lahan tani digunakan untuk lahan industri. Perjudian secara istilah adalah
pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan
satu nilai atau yang dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan
harapan-harapan tertentu pada peristiwaperistiwa permainan, pertandingan,
perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya. Menurut
pasal 303 ayat 3 KUHP di Indonesia, judi adalah permainan yang mendasarkan
pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada keberuntungan dan juga
pengharapan. Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih
satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang
benar dan menjadi pemenang.
Judi online merupakan
sejenis candu, dimana awalnya hanya mencoba-coba dan memperoleh kemenangan akan
memacu hasrat atau keinginan untuk mengulanginya dengan taruhan yang lebih
besar dan lebih besar lagi dengan pemikiran semakin banyak orang yang dipertaruhkan
maka kemenangan pun akan memperoleh hasil yang lebih banyak. Judi online dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja selama pemain memiliki banyak waktu luang,
jumlah uang yang digunakan sebagai taruuhan yang ada pada rekening pemain,
serta gadget dan koneksi internet yang mendukung untuk digunakan dalam judi
online ini.
Faktor-faktor penyebab
melakukan judi online ini pun beragam, seperti sosial dan ekonomi, situasional,
dan juga belajar. Faktor psikologis juga berpengaruh pada penyebab melakukan
judi online ini. Dalam faktor sosial dan ekonomi, banyak yang beranggapan bahwa
judi online ini lebih singkat, sederhana dan bisa mendapatkan keuntungan yang
lebih besar, dan dianggap dapat menunjang kehidupan sehari-hari hingga bisa
menjadi kaya dalam waktu yang singkat. Dalam faktor psikologis, judi online
terjadi dikarenakan adanya kecanduan yang terjadi pada diri pemain. Kecanduan
disini yaitu kondisi kronis yang ditandai dengan pencarian dan penggunaan zat
atau perilaku kompulsif meskipun ada konsekuensi negatif (Laras, dkk, 2024).
Menurut Anggraini (dalam Laras, dkk, 2024), kecanduan merupakan kondisi saat
tubuh atau pikiran kita dengan buruknya menginginkan atau memerlukan sesuatu
agar bekerja dengan baik. Dalam konteks judi online, kecanduan dapat dijelaskan
melalui teori perilaku kompulsif di mana individu merasa terdorong untuk terus
berjudi meskipun mengetahui risiko dan dampak negatifnya. Faktor dalam teori
psikososial pun memengaruhi judi online ini, seperti tekanan sosial, pengaruh
teman sebaya, dan kondisi emosional yang dapat meningkatkan risiko kecanduan.
Selain itu, dampak yang
ditimbulkan dari judi online ini pun beragam. Beberapa penelitian menjelaskan
bahwa judi online memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek
kehidupan individu, seperti isolasi dan konflik dengan keluarga. Isolasi sosial
yang dialami oleh banyak responden dari penelitian ini mencerminkan bagaimana
judi online dapat menciptakan jarak antara individu dan lingkungan sosial
mereka. Dalam konteks ini, judi online sering kali menjadi pelarian dari
masalah sosial yang lebih besar, seperti kesepian atau ketidakpuasan dalam
hubungan yang ada. Ketika individu lebih memilih untuk terlibat dalam judi
online daripada berinteraksi dengan orang lain, mereka berisiko kehilangan
dukungan sosial yang penting. Dukungan sosial telah terbukti menjadi faktor
pelindung yang kuat terhadap masalah kesehatan mental, dan hilangnya dukungan
ini dapat memperburuk kondisi psikologis individu. Menurut Syahrul (dalam
Sriyana, 2025), judi online dapat menyebabkan individu merasa terasing, yang
pada gilirannya dapat memperburuk masalah kesehatan mental dan meningkatkan
risiko depresi. Hal ini menunjukkan bahwa dampak sosial dari judi online tidak
hanya bersifat sementara, tetapi dapat memiliki konsekuensi jangka panjang bagi
kesehatan mental individu. Konflik dalam keluarga yang diakibatkan oleh judi
online juga menunjukkan bahwa masalah ini tidak hanya bersifat individu, tetapi
juga kolektif. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang
risiko judi online dan dampaknya terhadap hubungan interpersonal.
Judi online juga
berkontribusi pada peningkatan gejala kecemasan dan depresi di kalangan pemain.
Sekitar 20% mengalami gejala kecanduan yang serius, dan memerlukan intervensi
profesional. Dr. Maria (dalam Sriyana, 2025) menyatakan bahwa kecanduan judi online
seringkali disertai dengan perasaan putus asa dan kehilangan kontrol. Ini
adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan intervensi yang tepat.
Dampak psikologis dari judi online sangat kompleks. Kecanduan judi online
seringkali disertai dengan gangguan kesehatan mental seperti stres, depresi,
dan kecemasan. Pemain yang kecanduan juga sering mengalami rasa bersalah,
rendah diri, dan isolasi sosial. Kondisi ini diperparah oleh sifat judi online
yang adiktif, dimana pemain terus terpicu untuk berjudi karena janji kemenangan
yang tidak realistis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa judi online
memengaruhi otak dengan cara yang serupa dengan narkoba, dimana pelepasan
dopamin yang berlebihan menciptakan rasa puas sementara, tetapi merusak
keseimbangan mental dalam jangka panjang. Menurut Sari (dalam Sriyana, 2025)
bahwa kecanduan judi online dapat menyebabkan gangguan mental yang serius,
termasuk gangguan kecemasan dan depresi, yang memerlukan intervensi
profesional. Hal ini menekankan bahwa perlunya dukungan psikologis bagi
individu yang terlibat dalam judi online.
Ketergantungan dengan judi
online dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental, seseorang lebih
cenderung mengalami stres dan kecemasan dibandingkan dengan mereka yang tidak
bermain. Faktorfaktor yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan ini termasuk
dalam tekanan finansial, kemungkinan kehilangan uang, atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan aktivitas perjudian. Stres dan kecemasan yang berlebihan dapat
berakibat fatal apabila terus menerus dibiarkan dalam jangka waktu yang cukup
lama dan hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan mental seperti gangguan
depresi dan gangguan kecemasan. Dampak judi online pada sosial pun beragam,
seperti pemain lebih senang berdiam diri, tidak ingin berbincang dengan orang
lain di lingkungannya, dan seperti memiliki kehidupannya sendiri.
Dalam Tempo.co, dilansir
dari Antara, psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum, M.Psi.,
menjelaskan bahwa untuk menangani pasien kecanduan judi dapat dilakukan dengan
terapi-terapi psikologis. Terapi psikologis pada pecandu judi online diawali dengan
memproses emosi yang dapat mendorong perilaku berjudi. Cara untuk memproses
emosi menurut sang psikolog bisa dilakukan dengan metode Eye Movement Desentization and Reprocessing dan hipnoterapi. Untuk
lepas dari aktivitas berjudi harus dibentuk perilaku yang baru yang lebih
adaptif dan bermanfaat, seperti olahraga. Selain itu, psikolog klinis Ratih
Ibrahim perlu penanganan khusus melalui terapi psikologis. Ada beberapa terapi
psikologis yang dapat membantu penyembuhan orang yang kecanduan judi online. Pertama,
terapi perilaku kognitif, yang akan mengubah pola pikir dan kebiasaan hidup
sehingga bisa lebih positif. Kedua, yaitu terapi motivational interviewing, mendorong pasien untuk membangun
keinginan kuat untuk sembuh dari adiksi. Ini memerlukan waktu dari tiga, enam
bulan, hingga setahun tergantung tingkat adiksinya. Banyak aspek yang juga
berperan penting dalam proses penyembuhan seperti motivasi dari dalam diri dan
lingkungan sekitar. Keluarga pun berperan penting dalam membantu menjalani
terapi psikologis ini. Keluarga harus membantu memastikan pasien bisa
mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Dan Ratih juga
menyarankan agar pemain bisa meninggalkan lingkungan pertemanan yang bisa
kembali menjerumuskannya dalam lingkaran permainan judi online ini.
Judi online yang sering
dianggap sebagai pelarian dari tekanan hidup, stres, atau beban psikologis
justru menjadi jeratan yang memperburuk kondisi mental dan sosial pemainnya.
Alih-alih menjadi solusi, judi online justru menimbulkan kecanduan, memperbesar
tekanan finansial, dan menciptakan dampak negatif yang meluas, baik secara
psikologis, maupun sosial. Faktor penyebab maraknya judi online meliputi aspek
sosial, ekonomi, psikologis, dan pengaruh lingkungan. Dampaknya begitu kompleks
hingga menyerupai efek zat adiktif, yang merusak keseimbangan mental pemain.
Oleh karena itu, pendekatan komprehensif melalui terapi psikologis sangat
diperlukan dan disertai dengan dukungan keluarga serta lingkungan sosial yang
positif. Kesadaran akan bahaya judi online dan upaya preventif perlu diperkuat
agar masyarakat, khususnya generasi muda, tidak terjebak dalam lingkaran adiksi
yang merusak.