Notification

×

Iklan

Iklan

Judi Online yang Menjadi Tempat Pelampiasan Beban, Justru Sebagai Jebakan bagi Pemainnya

Minggu, 28 September 2025 | 16.57 WIB Last Updated 2025-09-28T09:57:15Z

Mia Kultsum Safitri Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta.

OPINI.CO. SURAKARTA
- Saat ini marak sekali pembicaraan dan berita tentang perjudian secara online, terlebih mahasiswa pun banyak sekali yang menjadi pemain di judi online ini. Alasan mereka hanya ingin melampiaskan rasa yang mereka pendam seperti stres dan depresi, dan juga agar mereka tidak terlalu memikirkan beban hidup mereka saat ini. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Judi online menjadi wadah penambah tekanan beban dalam pikiran pemainnya dikarenakan judi online ini memiliki simbiosis yang sangat tidak masuk akal. Mengapa disebut simbiosis yang tidak masuk akal? Karena, adanya kemenangan pada satu pemain, maka ini dapat merugikan semua pemain yang terlibat. Dengan begitu, pemain yang kalah ini menjadi tertekan dan menambah beban pikirannya karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataannya.

 

Judi merupakan salah satu tindakan sosial yang disebabkan hilangnya kegiatan produksi pertanian karena lahan tani digunakan untuk lahan industri. Perjudian secara istilah adalah pertaruhan dengan sengaja  yaitu mempertaruhkan satu nilai atau yang dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwaperistiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya. Menurut pasal 303 ayat 3 KUHP di Indonesia, judi adalah permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada keberuntungan dan juga pengharapan. Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. 

 

Judi online merupakan sejenis candu, dimana awalnya hanya mencoba-coba dan memperoleh kemenangan akan memacu hasrat atau keinginan untuk mengulanginya dengan taruhan yang lebih besar dan lebih besar lagi dengan pemikiran semakin banyak orang yang dipertaruhkan maka kemenangan pun akan memperoleh hasil yang lebih banyak. Judi online dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja selama pemain memiliki banyak waktu luang, jumlah uang yang digunakan sebagai taruuhan yang ada pada rekening pemain, serta gadget dan koneksi internet yang mendukung untuk digunakan dalam judi online ini.

 

Faktor-faktor penyebab melakukan judi online ini pun beragam, seperti sosial dan ekonomi, situasional, dan juga belajar. Faktor psikologis juga berpengaruh pada penyebab melakukan judi online ini. Dalam faktor sosial dan ekonomi, banyak yang beranggapan bahwa judi online ini lebih singkat, sederhana dan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dan dianggap dapat menunjang kehidupan sehari-hari hingga bisa menjadi kaya dalam waktu yang singkat. Dalam faktor psikologis, judi online terjadi dikarenakan adanya kecanduan yang terjadi pada diri pemain. Kecanduan disini yaitu kondisi kronis yang ditandai dengan pencarian dan penggunaan zat atau perilaku kompulsif meskipun ada konsekuensi negatif (Laras, dkk, 2024). Menurut Anggraini (dalam Laras, dkk, 2024), kecanduan merupakan kondisi saat tubuh atau pikiran kita dengan buruknya menginginkan atau memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik. Dalam konteks judi online, kecanduan dapat dijelaskan melalui teori perilaku kompulsif di mana individu merasa terdorong untuk terus berjudi meskipun mengetahui risiko dan dampak negatifnya. Faktor dalam teori psikososial pun memengaruhi judi online ini, seperti tekanan sosial, pengaruh teman sebaya, dan kondisi emosional yang dapat meningkatkan risiko kecanduan. 

 

Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari judi online ini pun beragam. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa judi online memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan individu, seperti isolasi dan konflik dengan keluarga. Isolasi sosial yang dialami oleh banyak responden dari penelitian ini mencerminkan bagaimana judi online dapat menciptakan jarak antara individu dan lingkungan sosial mereka. Dalam konteks ini, judi online sering kali menjadi pelarian dari masalah sosial yang lebih besar, seperti kesepian atau ketidakpuasan dalam hubungan yang ada. Ketika individu lebih memilih untuk terlibat dalam judi online daripada berinteraksi dengan orang lain, mereka berisiko kehilangan dukungan sosial yang penting. Dukungan sosial telah terbukti menjadi faktor pelindung yang kuat terhadap masalah kesehatan mental, dan hilangnya dukungan ini dapat memperburuk kondisi psikologis individu. Menurut Syahrul (dalam Sriyana, 2025), judi online dapat menyebabkan individu merasa terasing, yang pada gilirannya dapat memperburuk masalah kesehatan mental dan meningkatkan risiko depresi. Hal ini menunjukkan bahwa dampak sosial dari judi online tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat memiliki konsekuensi jangka panjang bagi kesehatan mental individu. Konflik dalam keluarga yang diakibatkan oleh judi online juga menunjukkan bahwa masalah ini tidak hanya bersifat individu, tetapi juga kolektif. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang risiko judi online dan dampaknya terhadap hubungan interpersonal.

 

Judi online juga berkontribusi pada peningkatan gejala kecemasan dan depresi di kalangan pemain. Sekitar 20% mengalami gejala kecanduan yang serius, dan memerlukan intervensi profesional. Dr. Maria (dalam Sriyana, 2025) menyatakan bahwa kecanduan judi online seringkali disertai dengan perasaan putus asa dan kehilangan kontrol. Ini adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan intervensi yang tepat. Dampak psikologis dari judi online sangat kompleks. Kecanduan judi online seringkali disertai dengan gangguan kesehatan mental seperti stres, depresi, dan kecemasan. Pemain yang kecanduan juga sering mengalami rasa bersalah, rendah diri, dan isolasi sosial. Kondisi ini diperparah oleh sifat judi online yang adiktif, dimana pemain terus terpicu untuk berjudi karena janji kemenangan yang tidak realistis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa judi online memengaruhi otak dengan cara yang serupa dengan narkoba, dimana pelepasan dopamin yang berlebihan menciptakan rasa puas sementara, tetapi merusak keseimbangan mental dalam jangka panjang. Menurut Sari (dalam Sriyana, 2025) bahwa kecanduan judi online dapat menyebabkan gangguan mental yang serius, termasuk gangguan kecemasan dan depresi, yang memerlukan intervensi profesional. Hal ini menekankan bahwa perlunya dukungan psikologis bagi individu yang terlibat dalam judi online.

 

Ketergantungan dengan judi online dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental, seseorang lebih cenderung mengalami stres dan kecemasan dibandingkan dengan mereka yang tidak bermain. Faktorfaktor yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan ini termasuk dalam tekanan finansial, kemungkinan kehilangan uang, atau ketidakmampuan untuk mengendalikan aktivitas perjudian. Stres dan kecemasan yang berlebihan dapat berakibat fatal apabila terus menerus dibiarkan dalam jangka waktu yang cukup lama dan hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan mental seperti gangguan depresi dan gangguan kecemasan. Dampak judi online pada sosial pun beragam, seperti pemain lebih senang berdiam diri, tidak ingin berbincang dengan orang lain di lingkungannya, dan seperti memiliki kehidupannya sendiri. 

 

Dalam Tempo.co, dilansir dari Antara, psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum, M.Psi., menjelaskan bahwa untuk menangani pasien kecanduan judi dapat dilakukan dengan terapi-terapi psikologis. Terapi psikologis pada pecandu judi online diawali dengan memproses emosi yang dapat mendorong perilaku berjudi. Cara untuk memproses emosi menurut sang psikolog bisa dilakukan dengan metode Eye Movement Desentization and Reprocessing dan hipnoterapi. Untuk lepas dari aktivitas berjudi harus dibentuk perilaku yang baru yang lebih adaptif dan bermanfaat, seperti olahraga. Selain itu, psikolog klinis Ratih Ibrahim perlu penanganan khusus melalui terapi psikologis. Ada beberapa terapi psikologis yang dapat membantu penyembuhan orang yang kecanduan judi online. Pertama, terapi perilaku kognitif, yang akan mengubah pola pikir dan kebiasaan hidup sehingga bisa lebih positif. Kedua, yaitu terapi motivational interviewing, mendorong pasien untuk membangun keinginan kuat untuk sembuh dari adiksi. Ini memerlukan waktu dari tiga, enam bulan, hingga setahun tergantung tingkat adiksinya. Banyak aspek yang juga berperan penting dalam proses penyembuhan seperti motivasi dari dalam diri dan lingkungan sekitar. Keluarga pun berperan penting dalam membantu menjalani terapi psikologis ini. Keluarga harus membantu memastikan pasien bisa mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Dan Ratih juga menyarankan agar pemain bisa meninggalkan lingkungan pertemanan yang bisa kembali menjerumuskannya dalam lingkaran permainan judi online ini.

 

Judi online yang sering dianggap sebagai pelarian dari tekanan hidup, stres, atau beban psikologis justru menjadi jeratan yang memperburuk kondisi mental dan sosial pemainnya. Alih-alih menjadi solusi, judi online justru menimbulkan kecanduan, memperbesar tekanan finansial, dan menciptakan dampak negatif yang meluas, baik secara psikologis, maupun sosial. Faktor penyebab maraknya judi online meliputi aspek sosial, ekonomi, psikologis, dan pengaruh lingkungan. Dampaknya begitu kompleks hingga menyerupai efek zat adiktif, yang merusak keseimbangan mental pemain. Oleh karena itu, pendekatan komprehensif melalui terapi psikologis sangat diperlukan dan disertai dengan dukungan keluarga serta lingkungan sosial yang positif. Kesadaran akan bahaya judi online dan upaya preventif perlu diperkuat agar masyarakat, khususnya generasi muda, tidak terjebak dalam lingkaran adiksi yang merusak.

×
Berita Terbaru Update