Notification

×

Iklan

Iklan

Jejak sepuh di Rumah Suci : Makna Makam di Masjid Gedhe Jatinom

Rabu, 04 Juni 2025 | 14.13 WIB Last Updated 2025-06-04T07:26:25Z

Ragil Pradana Sutra Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Istimewa)

OPINI.CO. SURAKARTAMasjid Gedhe Jatinom, yang megah berdiri di tengah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, bukan hanya sekadar tempat ibadah. Lebih dari itu, kompleks masjid ini menyimpan jejak sejarah dan spiritual yang mendalam melalui keberadaan makam di area dalamnya. Makam-makam ini, dipercaya sebagai peristirahatan terakhir tokoh-tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah Jatinom, menjadi saksi bisu perjalanan dakwah dan memiliki makna kultural serta religius yang signifikan bagi masyarakat setempat.

 

Keberadaan makam di lingkungan masjid bukanlah fenomena yang asing dalam tradisi Islam di Nusantara. Hal ini seringkali dikaitkan dengan penghormatan terhadap para pendiri atau tokoh agama yang berjasa dalam mengembangkan syiar Islam di suatu daerah. Di Masjid Gedhe Jatinom, makam-makam yang ada diyakini sebagai tempat peristirahatan Kiai Ageng Gribig, Seorang tokoh ulama yang memiliki peran sentral dalam menyebarkan ajaran Islam di Jatinom Pada masa lampau. Beliau dikenal sebagai sosok karismatik dan memiliki pengaruh besar di Kalangan masyarakat, sehingga makamnya hingga kini ramai diziarahi. Lebih dari sekadar penanda kuburan, makam-makam di Masjid Gedhe Jatinom menjadi Pengingat akan akar sejarah dan nilai-nilai yang diwariskan oleh para pendahulu.

 

Masyarakat Setempat tidak hanya datang untuk beribadah, tetapi juga untuk berziarah, memanjatkan doa, Dan mengenang jasa-jasa tokoh yang dimakamkan di sana. Tradisi ziarah ini menjadi bagian Tak terpisahkan dari kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat Jatinom, mempererat ikatan Antara generasi saat ini dengan masa lalu mereka. Secara arsitektural, keberadaan makam di dalam kompleks masjid seringkali diintegrasikan dengan bangunan utama secara harmonis. Meskipun sederhana, penataan makam tetap memperhatikan kesucian dan kekhidmatan tempat ibadah. Biasanya, area makam dipisahkan dengan pagar atau pembatas yang tidak mencolok, namun tetap memberikan ruang khusus bagi para peziarah untuk berdoa dengan tenang.

 

Namun, keberadaan makam di masjid juga memunculkan beberapa pandangan dan diskusi. Sebagian kalangan berpendapat bahwa masjid seharusnya difokuskan sepenuhnya untuk ibadah ritual, dan keberadaan makam dapat mengalihkan perhatian atau bahkan berpotensi menimbulkan praktik-praktik yang kurang sesuai dengan ajaran Islam. Meskipun demikian, bagi masyarakat Jatinom, makam Kiai Ageng Gribig di Masjid Gedhe telah menjadi bagian integral dari identitas masjid dan memiliki nilai historis serta spiritual yang sulit dipisahkan. Terlepas dari berbagai perspektif, keberadaan makam di Masjid Gedhe Jatinom memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana sejarah dan nilai-nilai luhur dapat diabadikan dalam ruang publik. Makam ini bukan hanya monumen bisu, tetapi juga narasi hidup tentang perjuangan, kearifan, dan dedikasi para pendahulu dalam menyebarkan kebaikan. Dengan demikian, Masjid Gedhe Jatinom tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga penjaga memori kolektif dan simbol penghormatan terhadap warisan spiritual yang tak ternilai harganya. Melalui ziarah dan refleksi di dekat makam para leluhur, generasi penerus diharapkan dapat meneladani semangat dan nilai-nilai yang telah ditanamkan, serta terus menjaga keberlangsungan tradisi dan kearifan lokal.


*) Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.

*) Sertakan: riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*)Naskah dikirim ke alamat e-mail soearamedianasional@gmail.com.

*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co.

*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co.
×
Berita Terbaru Update