Notification

×

Iklan

Iklan

Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia: Dua Sisi yang Harus Saling Menguatkan

Selasa, 09 Desember 2025 | 16.28 WIB Last Updated 2025-12-09T09:28:45Z

Penulis: Nilnal Muna Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta. 

OPINI.CO.SURAKARTABahasa indonesia lahir dan tumbuh beriringan dengan bahasa daerah yang ada di seluruh Nusantara. Di Indonesia, hubungan antara bahasa daerah dan bahasa indonesia sering dianggap sebagai dua hal yang bertolak belakang. Bahasa indonesia dianggap sebagai simbol modernitas, sedangkan bahasa daerah dianggap kuna dan terbatas. Namun sebenarnya, keduanya bukanlah lawan, melainkan dua bagian yang saling melengkapi dalam menjaga kekayaan dan keutuhan bangsa.

 

Bahasa indonesia memiliki peran penting sebagai bahasa yang mempersatukan bangsa, seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda tahun 1928. Bahasa ini berfungsi sebagai alat komunikasi nasional, bahasa resmi negara, serta sarana untuk Pendidikan dan keilmuan. Meski demikian, bahasa daerah juga memiliki peran yang sama pentingnya, karena akar dari munculnya bahasa indonesia. Menurut badan Bahasa pengembangan dan pembinaan Bahasa (2023), indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah yang mendukung kekayaan bahasa di negara ini. Setiap bahasa daerah menyimpan kebijaksanaan lokal dan nilai-nilai sosial yang memperkaya kebudayaan bangsa.

 

Bahasa daerah memiliki peran yang tidak kalah penting sebgai akar budaya, tempat nilai-nilai kearifan lokal bersemayam. Di dalamnya tersimpan filosifi hidup, tata krama, dan cara berpikir masyarakat yang diwariskan turun-temurun. Sayangnya, bahasa daerah perlahan-lahan mulai tersingkir. Banyak anak muda menganggap bahasa daerah kuna, tidak keren, bahkan “tidak berguna” di dunia modern. Padahal, bahasa daerah mengajarkan nilai kesopanan, rasa hormat, dan solidaritas yang menjadi akar pembentuk karakter bangsa. Misalnya, dalam bahasa jawa terdapat tingkatan berbicara seperti ngoko, krama madia, dan krama inggil yang membimbing penutur untuk memahami konteks sosial dan aturan etika dalam berbicara.

 

Menurunnya penggunaan bahasa daerah tidak hanya karena kemajuan teknologi, tetapi juga karena kurangnya kesadaran untuk menjaga identitas bahasa sendiri. Generasi muda lebih suka menggunakan campuran antara bahasa indonesia, bahasa inggris, dan istilah-istilah dari media sosial. Fenomena ini menciptakan bahasa yang baru yang praktis, tetapi kurang bernilai. Akibatnya, baik bahasa indonesia maupun bahasa daerah kehilangan makna dasarnya, yaitu sebagai alat untuk menyampaikan pikiran secara beradab.

 

Hubungan antara bahasa daerah dan bahasa indonesia seharusnya saling mendukung, bukan saling bersaing. Bahasa indonesia berkembang dari bahasa daerah, sedangkan bahasa daerah semakin kuat karena adanya bahasa indonesia. Keduanya ini seperti dua sisi mata uang: tidak bisa dipisahkan tanpa merugikan nilai masing-masing. Bahasa indonesia menjadi alat persatuan, sementara bahasa daerah memperkaya keberagaman ekspresi budaya bangsa.

 

Upaya pemerintah melalui program revitalisasi bahasa daerah patut dihargai. Menurut badan pengembangan dan pembinaan Bahasa (2023), sudah ada 55 bahasa daerah yang berhasil direvitalisasi berkat kerja sama antara pemerintah, guru, dan masyarakat. Namun, pelestarian bahasa tidak bisa hanya bergantung pada kebijakan resmi. Program tersebut meliputi pengajaran bahasa daerah di sekolah, lomba menulis cerita rakyat, hingga pelatihan guru bahasa ibu. Namun, pelestarian bahasa tidak dapat bergantung sepenuhnya pada kebijakan formal. Kesadaran untuk menjaga bahasa harus tumbuh dari dalam masyarakat itu sendiri. Menjaga bahasa berarti menjaga identitas, sebab bahasa adalah cerminan jati diri suatu bangsa.

 

Keluarga memainkan peran penting dalam menjaga bahasa daerah tetap hidup. Jika orang tua terbiasa berbicara dalam bahasa ibu di rumah, anak-anak akan semakin merasa memiliki dan bangga terhadap bahasa itu. Sekolah juga bisa membantu dengan membangun rasa percaya diri anak-anak dalam berbahasa melalui kegiatan seperti membaca atau menulis cerita lokal. Selain itu, generasi muda yang aktif di media sosial bisa menjadi bagian dari upaya menjaga bahasa daerah dengan membuat konten kreatif, seperti video pendek, podcast, atau puisi digital, yang menarik dan sesuai dengan situasi zaman sekarang. Dengan cara-cara sederhana ini, bahasa daerah tidak hanya dijaga, tetapi juga diberi kehidupan baru dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

 

Bahasa adalah kehidupan. Ia tetap hidup selama para penuturnya masih menggunakannya. Ketika bahasa daerah dan bahasa indonesia berjalanbersama salah satu memperkuat yang lain, saling melengkapi maka bangsa ini tidak hanya komunikatif, tetapi juga kaya akan budaya dan batin. Karena di balik setiap kata yang kita ucapkan, terkandung sejarah panjang mengenai siapa kita dan darimana kita berasal.

 

Jika kita hanya fokus pada kemajuan tanpa merawat akar-akar budaya, kita beresiko menjadi sebuah bangsa besar yang kehilangan jiwa. Bahasa daerah dan bahasa indonesia sebenarnya bukanlah sesuatu yang membentuk identitas bangsa. Kedua hal ini harus berkembang secara seimbang agar indonesia tetap kuat dan berdiri tegak modern, namun tetap memiliki akar yang kuat pada nilai-nilai budaya. Karena sesugguhnya, menjaga bahasa adalah cara untuk menjaga jati diri sebuah bangsa.

 

Penulis: Nilnal Muna Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta. 

×
Berita Terbaru Update