![]() |
Nina Dwi Lestari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya. (Dok. Ybs) |
Sebagai negara yang majemuk dan plural, Indonesia sangat rentan terhadap perpecahan apabila kesadaran akan persatuan dan kesatuan tidak dijaga dengan baik. Dalam konteks inilah, Wawasan Nusantara berperan sebagai alat pemersatu yang mampu meredam potensi konflik dan menjadikan keberagaman sebagai sumber kekuatan nasional. Prinsip utama dalam Wawasan Nusantara adalah menempatkan seluruh wilayah dan masyarakat Indonesia dalam satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat integrasi nasional dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai perbedaan sebagai kekuatan, bukan sebagai kelemahan.” Pernyataan ini sangat relevan dalam menggambarkan semangat Wawasan Nusantara yang menuntut seluruh elemen bangsa untuk saling menghormati, bekerja sama, dan bersatu demi mencapai tujuan bersama. Keberagaman yang dimiliki Indonesia bukanlah hambatan, melainkan potensi besar yang harus dirangkul dan dimanfaatkan untuk membangun bangsa.
Prof. Dr. Wan Usman, salah satu tokoh penting dalam pengembangan Wawasan Nusantara, menyatakan bahwa “Wawasan Nusantara merupakan geopolitik Indonesia yang mengutamakan kesatuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.” Artinya, setiap kebijakan, tindakan, dan keputusan yang diambil oleh pemerintah maupun masyarakat harus selalu berpijak pada semangat persatuan dan kesatuan. Wawasan ini mengajarkan bahwa kepentingan nasional harus diutamakan di atas kepentingan pribadi, golongan, atau daerah.
Dalam era globalisasi dan digital seperti saat ini, tantangan terhadap keutuhan bangsa semakin kompleks. Arus informasi yang begitu cepat, pengaruh budaya asing yang terus masuk tanpa filter, serta penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan propaganda yang memecah belah di media sosial menjadi ancaman nyata bagi persatuan bangsa. Di tengah situasi ini, Wawasan Nusantara harus dijadikan sebagai landasan berpikir dan bertindak, terutama bagi generasi muda yang merupakan penerus bangsa.
Generasi muda Indonesia perlu dibekali pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menjaga keutuhan wilayah, menghargai perbedaan, serta membangun solidaritas dan toleransi antarwarga negara. Pendidikan tentang Wawasan Nusantara tidak boleh berhenti di ruang kelas semata, melainkan harus ditanamkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui praktik-praktik kebhinekaan, kegiatan kebangsaan, dan pembentukan karakter yang kuat.
Sekolah dan lembaga pendidikan memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai Wawasan Nusantara kepada para siswa. Guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum pendidikan harus dirancang sedemikian rupa agar mampu menciptakan peserta didik yang memiliki rasa cinta tanah air, semangat persatuan, dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Selain itu, peran keluarga juga sangat penting dalam membentuk karakter anak sejak dini, dengan mengajarkan nilai-nilai toleransi, empati, dan gotong royong.
Tak kalah penting, media massa dan media sosial memiliki tanggung jawab moral untuk menyebarkan informasi yang edukatif dan membangun, bukan justru memecah belah masyarakat dengan narasi-narasi yang provokatif. Pemerintah juga harus hadir dengan kebijakan yang inklusif dan merata agar seluruh daerah di Indonesia, baik pusat maupun daerah, merasakan manfaat pembangunan secara adil.
Wawasan Nusantara juga harus menjadi pedoman dalam pembangunan nasional. Pembangunan yang tidak merata atau hanya terpusat di wilayah tertentu dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan memicu separatisme. Oleh karena itu, pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah perbatasan dan terpencil, harus menjadi prioritas demi menjaga keutuhan NKRI. Pemerintah pusat dan daerah perlu bersinergi untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan amanat UUD 1945.
Kesimpulannya, Wawasan Nusantara bukanlah sekadar konsep atau teori, melainkan sebuah pandangan hidup yang harus diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dirawat dengan semangat kebersamaan, persatuan, dan toleransi. Wawasan Nusantara menjadi fondasi penting dalam membangun karakter bangsa yang kuat, mandiri, dan berdaya saing di tengah tantangan global.
Dalam praktiknya, semangat Wawasan Nusantara harus diwujudkan melalui tindakan nyata, seperti menghormati perbedaan suku, agama, dan budaya, menolak segala bentuk intoleransi dan kekerasan, serta aktif berkontribusi dalam menjaga persatuan di lingkungan masing-masing. Pemahaman ini juga menuntut seluruh elemen masyarakat untuk menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Peran generasi muda sangatlah vital. Mereka bukan hanya pewaris masa depan bangsa, tetapi juga aktor utama dalam menjaga dan melanjutkan cita-cita kemerdekaan. Dalam era digital yang serba terbuka ini, generasi muda harus menjadi pelopor semangat persatuan, menyebarkan narasi positif di media sosial, serta menolak segala bentuk provokasi dan hoaks yang berpotensi memecah belah bangsa.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Ungkapan ini menggambarkan betapa pentingnya sikap menghormati dan menjaga tatanan kehidupan bersama di atas tanah air yang kita cintai. Hanya dengan semangat Wawasan Nusantara, Indonesia dapat terus tumbuh menjadi negara yang damai, bersatu, adil, dan makmur bagi seluruh rakyatnya.
Mewujudkan Indonesia yang bersatu dalam keberagaman bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukan hal yang mustahil. Dengan menjadikan Wawasan Nusantara sebagai pijakan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak, kita dapat membentuk masyarakat yang harmonis, berkarakter, serta memiliki kepedulian tinggi terhadap tanah air. Sebab sejatinya, menjaga keutuhan bangsa adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas pemerintah atau tokoh bangsa semata.