![]() |
Muali Zain Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat. |
Pendidikan pesantren tidak bisa dipisahkan dengan perubahan sosial, oleh karena itu, peran seorang santri semakin relevan dan dibutuhkan. Mereka bukan hanya pewaris tradisi keislaman yang kuat, tetapi juga harus menjadi agen perubahan yang siap menjawab tantangan zaman.
Dengan kata lain santri tidak hanya menguasahi ilmu pesantren saja tetapi dunia luar seperti elektronik termasuk AI juga harus bisa didalaminya. Oleh karena itu, seorang santri tidak pantas dihina gara-gara ketinggalan dunia luar tetapi harus sebaliknya.
Banyak lulusan santri yang kini dapat bersaing di luar sana dalam segala hal bahkan lebih populer seperti mantan wapres KH Maruf Amin, Mahdmfud MD, Cak Imin, Nusron Wahid dll, jadi jangan sekali-kali menyepelekan yang Namanya santri.
Menurut saya, santri adalah sosok unik yang mampu mengembangkan nilai-nilai pesantren dengan dunia unik dan penuh intrik, karena Santri masa kini tidak lagi hanya identik dengan sarung dan kitab kuning. Mereka juga melek teknologi, aktif di media sosial, bahkan banyak yang menjadi konten kreator dakwah digital.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia pesantren tidak tertinggal, melainkan justru sedang bergerak maju dengan caranya sendiri. Jangan kalian anggap dunia pesantren kuno melainkan dunia pesantren lebih pesat dengan ilmu teknologinya. Apalagi sekarang apa-apa pasti dimasukkan ke sosial media meskipun sekedar mempromosikan diri.
Menurut penulis, santri lebih cerdas (sisi agama) dari pada mereka yang di luar, itu disebabkan karena rasa ingin tahunya seorang santri sanggatlah besar. Namun, tantangan santri tidaklah mudah. Mereka harus bisa menjaga nilai-nilai adab dan etika pesantren di tengah budaya digital yang sering kali bebas dan liar di era gempuran elektronik. Inilah yang membuat peran mereka sangat penting dalam menjaga identitas, sekaligus membuka diri terhadap kemajuan zaman.
Santri, dapat dikatakan milenial ketika santri tersebut bisa bergerak di segala bidangnya. Sehingga mereka bisa mendalami dan mengusai ilmu keagamaan dan ilmu di luar (imtaq-iptek. Saya percaya, jika santri terus dibimbing dengan baik, mereka bisa menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kokoh secara moral dan spiritual.
Mereka bisa menjadi panutan di tengah dunia yang semakin panas oleh perlombaan manusia dalam mengejar dunia. Namun status seorang santri di masa yang sekarang seperti tidak di anggap dengan arti mereka menyepelekan santri. Mereka beranggapan bahwa santri hanya bisa menggaji saja tapi tidak dengan ilmu-ilmu yang lain. Hal ini sangat sering terjadi di kalanggan masyarakat setempat. Padahal dengan semangat belajar dan sikap rendah hati yang menjadi ciri khas seorang santri, ditambah dengan kecakapan digital, santri bisa di sebut sebagai harapan bagi masa depan Islam yang inklusif, moderat, dan relevan dengan mengikuti alur zaman.
Secara historis, santri memiliki posisi yang sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. KH. Hasyim asyari merupakan tokoh utama dalam menjaga moral dan nama baik seorang santri beliau berkata "seorang santri tidak harus berfokus pada ilmu agamanya tetapi harus dengan ilmu politiknya agar dapat menyeimbangi di antara keduanya".
Seiring munculnya generasi milenial di era yang sekarang peran seorang santri berubah. Sehingga santri tidak hanya berfokus pada kitab-kitab melainkan juga diimbangi kemampuan menguasai teknologi. Inilah yang membuat santri tersebut dikatakan sebagai santri milenial karena mereka bisa mengahdapi nilai-nilai sosial, agama, dan teknologi secara bersamaan.
Jadi kita sebagai masyarakat harus mendukung terhadap keberadaan santri dengan cara memberikan sebuah peluang untuk mereka mengembangkan ilmunya. Karena di balik sarung dan peci yang mereka gunakan terdapat semangat dan rasa percaya diri mereka untuk menghadapi sebuah perubahan.