Notification

×

Iklan

Iklan

Gerakan Lingkugan Hidup di Tengah Krisis Pemanasan Global

Kamis, 12 Juni 2025 | 15.01 WIB Last Updated 2025-06-13T08:11:21Z

Ahmad Awlia Mumtaz Mahasiswa UIN Mas Said Surakarta. (Dok. Istimewa)

OPINI.CO. SURAKARTAAndi Wikatma lebih dikenal dengan Andi Proklim ditengah hiruk pikuk Kota Solo dengan adanya pembangunan yang gencar di lakukan baik pemerintah dan swasta, asap kendaraan dan juga rokok mengepul setiap harinya, efek rumah kaca, limbah plastik selain masyarakat yang menjadi korban utama dari perubahan iklim dan pemanasan global adalah alam itu sendiri. Mas Andi Proklim muncul dari sekian banyak masyarakat yang cuek akan hal itu beliau muncul sebagai penggerak program lingkungan yang sudah digagas oleh pemerintah berawal suka menghijaukan pekarangan rumah sendiri hingga menjadi ketua program lingkungan hidup sebagai sosok yang memilih tinggal diam berawal dari orang biasa hingga menjadi luar biasa karena jasa dan keberanianya dalam memulai bumi Kota Solo di tengah krisis pemanasan global dan iklim yang semakin terasa nyata.

 

Mas Andi adalah salah satu tokoh yang saat ini menjadi sorotan karena program lingkungan hidup di tempat tinggalnya yaitu Kampung Kauman bisa serta mampu dijalankan. Berbekal semangat gotong royong serta kepedulian terhadap bumi pertiwi, beliau menggerakan masyarakat sekitar supaya lebih sadar lingkungan lewat aksi nyata, melalui bukan orasi. Salah satu program yang dicetuskan Mas Andi adalah edukasi pemilahan sampah untuk anak-anak, sebab ia meyakini anak-anak adalah cermin masa depan lebih baik jika terbiasa memilah sampah sejak kecil sampai tumbuh menjadi generasi peduli lingkungan.

 

Program tak berhenti dari itu saja, beliau memimpin pembanguna Vertical Garden dari botol bekas yang menempel di dinding-dinding rumah masyarkat desanya, selain memperindah Desa, kebun vertical ini juga menjadi media belajar mengenai urban farming serta pemanfaatan limbah. Ia memperkenalkan lubang biopori sistem resapan air sederhana untuk mencegah genangan dan memperbaik kualitas tanah, untuk menumbuhkan semangat kemandirian, Mas Andi menggagas lahan pekarangan produktif bersama ibu-ibu pkk serta mengajak anak-anak muda, mereka menanam sayur dan tanaman obat keluarga di lahan-lahan sempit apabila harga sayur naik masyarakat hanya memetik hasil di halaman mereka sendiri.

 

Selain itu, Mas Andi mengembangkan Bank Sampah dengan juga melibatkan warga di dalam penjualan serta pengumpulan sampah terpilah. Kardus, plastik, serta logam jadi uang setelah dikumpulkan lalu diubah, tidak dibuang atau dibakar lagi. Program ini mengubah tentang bagaimana masyarakat memandang terhadap sampah. Masalah sampah diubah menjadi potensi ekonomi. Masyarakat mengalami perubahan nilai, kebiasaan, serta interaksi di mana ada dorongan kesadaran bersama. Dulu interaksi individual itu buang sampah sembarangan, menanam untuk diri sendiri, sekarang jadi gotong royong. Kampung menjadi ruang bersama, alih-alih tempat tinggal saja. Sosiologi berpendapat fenomena sosial muncul akibat terdapatnya pola perilaku kolektif. Pola ini berubah karena adanya interaksi antarindividu dan antarkelompok. Itu terjadi secara nyata betul di Gedang Selirang. Kini, sampah dipilah oleh warga dari rumahnya, teman-temannya diedukasi secara aktif oleh anak-anak, dan sayur ditanam ibu-ibu secara mandiri. Budaya yang berpihak pada lingkungan pun lahir ke permukaan—budaya baru.Selain itu, prakarsa Mas Andi adalah suatu wujud gerakan sosial akar rumput yang terlahir dari, oleh, serta untuk masyarakat.

 

Mampu mengubah wajah kampung beserta pola pikir warganya, tanpa jabatan formal di samping anggaran besar. Transformasi ini menjadi jawaban lokal terhadap isu global yaitu perubahan iklim. Gedang Selirang turut berkontribusi dalam sebuah upaya penurunan emisi karbon. Kontribusi ini dilakukan dengan langkah yang kecil seperti adanya biopori, bank sampah, serta kebun vertikal untuk peningkatan kualitas lingkungan. Kekuatan dari gerakan sosial berbasis komunitas ada di tempat ini. Gedang Selirang dikenal akan batik dan tradisinya. Namun, Gedang Selirang lebih dikenal daripada itu saat ini. Kampung itu juga menjadi harapan, suatu tempat kesadaran lingkungan tumbuh dari interaksi sehari-hari dari bawah serta dari tangan orang-orang seperti Mas Andi Wikatma.


*) Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini minimal 500 kata maksimal 750 kata.

*) Sertakan: riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*)Naskah dikirim ke alamat e-mail soearamedianasional@gmail.com.

*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co.

*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co.
×
Berita Terbaru Update