Notification

×

Iklan

Iklan

Fenomena Self Love dalam Timbangan Syariat Islam

Senin, 01 Desember 2025 | 16.25 WIB Last Updated 2025-12-01T09:25:05Z

Foto: Dokpri
OPINI.CO.TUNISIA - Dalam beberapa tahun terakhir, istilah self love atau mencintai diri sendiri menjadi tren di kalangan generasi muda. Media sosial dipenuhi pesan seperti “love yourself first”, “you are enough”, atau “put yourself first”. Pada dasarnya, pesan ini mengajak manusia untuk menghargai diri dan menjaga kesehatan mental. Namun, pertanyaannya adalah apakah konsep self love ini sesuai dengan pandangan Islam? Apakah Islam mendorong umatnya untuk mencintai diri, atau justru melarangnya karena dianggap egois?

 

Untuk menjawabnya, kita perlu menelusuri bagaimana syariat Islam memandang cinta terhadap diri sendiri, dan sejauh mana batasannya agar tidak berubah menjadi selfishness (egoisme) yang berlebihan.

 

Islam tidak pernah menolak manusia untuk mencintai dirinya. Bahkan, mencintai diri dalam arti yang benar justru merupakan bagian dari iman. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

 

"وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا"

Artinya: “Dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (QS. Al-Qashash [28]: 77).

 

Ayat ini mengandung makna bahwa manusia berhak menjaga dirinya — termasuk jasmani, rohani, dan mentalnya — selama tidak melampaui batas syariat. Artinya, seorang Muslim diperbolehkan mencintai dirinya dengan menjaga kesehatan, beristirahat cukup, makan dengan halal, dan memperhatikan kebahagiaannya. Konsep self love dalam Islam bisa dikategorikan sebagai mahabbah mahmûdah (cinta yang terpuji), apabila diorientasikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt,  beberapa bentuk self love yang terpuji antara lain:

 

  1. Menjaga diri dari maksiat. Orang yang benar-benar mencintai dirinya akan menjauh dari dosa karena tahu bahwa dosa merusak hati dan mengundang murka Allah. Allah Swt berfirman:

 

"قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ۝ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا"

Artinya: “Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams [91]: 9–10).


  1. Menghargai nikmat Allah. Menyayangi diri dengan cara mensyukuri tubuh, waktu, dan kehidupan adalah bagian dari ibadah.
  2. Menjaga kesehatan mental dengan dzikir. Banyak orang menganggap self love sebagai aktivitas “healing” atau pelarian. Padahal Islam menawarkan jalan penyembuhan hati yang lebih hakiki, yaitu dzikir. Allah berfirman:

 

"أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ"

Artinya: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra‘d [13]: 28).


Namun, self love bisa menjadi berbahaya jika dipahami secara sekuler, tanpa batas syariat. Ketika seseorang menafsirkan cinta diri sebagai pembenaran untuk menuruti hawa nafsu, maka ia jatuh pada ujub (kagum pada diri) atau takabbur (sombong). Fenomena ini sering muncul di media sosial dengan narasi seperti “aku tidak butuh siapa pun”, “aku yang paling tahu diriku”, atau “aku berhak bahagia dengan caraku sendiri”. Narasi semacam itu melahirkan individualisme dan mematikan semangat ukhuwah. Padahal, Islam mengajarkan bahwa seorang mukmin tidak hidup untuk dirinya semata. Dalam Islam, mencintai diri sendiri dapat bernilai ibadah jika diniatkan untuk mencari ridha Allah. Misalnya, seseorang beristirahat bukan karena malas, tetapi agar kuat beribadah. Seseorang mempercantik diri bukan untuk pamer, tetapi agar suaminya senang. Semua itu menjadi ibadah jika diniatkan dengan benar. Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menjelaskan bahwa menjaga diri dari keletihan, kesedihan, dan penyakit termasuk bagian dari syukur kepada Allah atas nikmat tubuh. Karena itu, self love yang Islami selalu disertai kesadaran spiritual dan tanggung jawab moral.

 

Fenomena self love dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu yang harus ditolak, tetapi perlu diarahkan. Islam mengajarkan cinta diri yang proporsional: mencintai diri untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk meninggikan ego. Cinta diri yang sejati bukanlah ketika seseorang berkata, “Aku berharga karena aku hebat,” melainkan ketika ia berkata, “Aku berharga karena Allah menciptakanku dengan tujuan yang mulia. Maka, self love dalam Islam bukan sekadar tren, melainkan bentuk kesadaran spiritual bahwa diri kita adalah amanah dari Allah yang harus dijaga, disyukuri, dan diarahkan menuju kebaikan.

  

×
Berita Terbaru Update