Notification

×

Iklan

Iklan

Meredam Angin Perubahan: Analisis Pencopotan Sri Mulyani

Senin, 15 September 2025 | 11.47 WIB Last Updated 2025-09-15T04:48:38Z

Penulis: Adzin Aris Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta.

OPINI.CO. SURAKARTA - Bermula dari pernyataannya yang kontroversial terkait gaji para guru, demonstrasi besar-besaran di banyak wilayah di Indonesia, hingga penjarahan yang dialaminya, drama kehidupan menghantarkan  Sri Mulyani pada pencopotan jabatannya sebagai Menteri Keungan (Kemenkeu) pada Senin, 8 September 2025.

 

Pencopotan seorang figur sekelas Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan adalah peristiwa yang menggegerkan, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di mata dunia.

 

Kita semua tahu, beliau adalah arsitek kebijakan krusial yang telah menjaga stabilitas ekonomi Indonesia selama lebih dari satu dekade––menunjukan integritas dan kredibilatasnya. Dengan segudang prestasi internasional yang mentereng, meskipun terkadang ada tutur kata atau kebijakannya yang kerap dianggap kontroversial, kepergiannya memicu gelombang pertanyaan besar.

 

Diskusi publik sontak terbelah menjadi dua kutub: kubu yang melihatnya sebagai pukulan telak terhadap kesetabilan fiskal––bahkan dapat memperburuk konstelasi ekonomi nasional hingga global––dan kubu lainnya yang menganggapnya sebagai sebuah keniscayaan politik yang membuka lembaran baru––sebuah harapan tatanan fiskal yang lebih baik.

 

Kehilangan Jangkar Stabilitas dan Kepercayaan

 

Kehilangan Sri Mulyani merupakan kehilangan besar bagi Indonesia. Ia bukan sekadar menteri; ia adalah jangkar stabilitas fiskal yang dipercaya oleh investor domestik maupun internasional. Rekam jejaknya yang solid dalam mengelola utang, mengendalikan defisit anggaran, dan menjaga disiplin belanja negara telah menjadi semacam “sertifikat jaminan” bagi pasar. Kehadirannya memberikan keyakinan bahwa kebijakan ekonomi Indonesia akan selalu berada di jalur yang stabil.

 

Pencopotan ini berpotensi memicu fluktuasi signifikan di sektor pasar. Investor, yang selama ini melihat Indonesia sebagai tujuan investasi yang relatif aman, kini––untuk jangka waktu yang tidak bisa ditentukan––akan menahan diri. Mereka para investor khawatir, dengan kepergian Sri Mulyani, menteri baru mungkin akan menempuh kebijakan fiskal yang lebih ekspansif tanpa perencanaan yang matang, demi memenuhi kepentingan politik. Kekhawatiran ini bisa tercermin dari pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), karena investor asing akan cenderung menjual aset mereka di Indonesia.

 

Selain itu, rekam jejak Sri Mulyani dalam menangani situasi krisis, seperti krisis keuangan global 2008 dan pandemi COVID-19, adalah bukti nyata dari kepiawaiannya di bidang ekonomi. Ia berhasil menjadi navigator yang menyelamatkan ekonomi Indonesia dari badai krisis dan inflasi dengan kebijakan yang cepat, tepat, dan terukur.

 

Keahlian teknokratis yang dimiliki Sri Mulyani ini tidak mudah kita temukan. Figur pengganti, seberapa pun kompetennya, akan membutuhkan waktu yang lama untuk membangun kredibilatas, baik di mata publik nasional maupun pasar global. Dalam situasi ekonomi global yang masih sarat risiko, kehilangan sosok yang memiliki pengalaman yang tidak perlu dipertanyakan lagi merupakan pertaruhan besar.

 

Peluang Transformasi dan Kebijakan Berani

 

Meskipun pencopotan Sri Mulyani mengundang kekhawatiran, beberapa pihak melihatnya sebagai sebuah peluang untuk transformasi. Ada pandangan bahwa kebijakan fiskal di bawah kepemimpinan beliau terkadang dianggap terlalu konservatif dan kurang efektif.

 

Pendekatan yang sangat hati-hati ini, meskipun efektif dalam menjaga stabilitas, mungkin kurang lincah untuk mengakomodasi kebutuhan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan program-program pembangunan yang ambisius.

 

Pemerintahan baru, dengan visi dan misinya, mungkin membutuhkan seorang Menteri Keuangan yang memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang terukur dan akurat. Figur baru di Kemenkeu diharapkan bisa membawa ide-ide segar, mempercepat alokasi anggaran, dan merumuskan kebijakan yang lebih agresif, terutama dalam mendukung sektor-sektor strategis atau program-program yang dijanjikan. Ini bisa menjadi momentum untuk mendobrak rutinitas lama dan menciptakan terobosan baru.

 

Pencopotan ini juga bisa menjadi sinyal bahwa pemerintah baru ingin memastikan semua menteri berada dalam satu barisan yang solid dan sejalan dengan visi kepemimpinannya.

 

Dalam politik, keselarasan tim sering kali menjadi kunci efektivitas. Jika ada perbedaan pendekatan antara Menteri Keuangan dengan kepala negara, pergantian posisi adalah hal yang lumrah untuk memastikan jalannya pemerintahan berjalan mulus tanpa hambatan politik.

 

Di samping itu, ini adalah kesempatan bagi figur-figur muda dan berpotensi untuk menunjukkan kemampuannya. Kredibilitas tidak dibangun dalam semalam, namun figur baru yang datang dengan visi yang jelas, komunikasi yang transparan, dan kebijakan yang rasional dapat dengan cepat memulihkan kepercayaan pasar.

 

Antara Stabilitas dan Perubahan

 

Keputusan pencopotan Sri Mulyani dari jabatan Menteri Keuangan adalah peristiwa yang kompleks. Di satu sisi, ia menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya figur kredibel yang telah terbukti mampu menjaga stabilitas fiskal. Di sisi lain, ini membuka pintu bagi pendekatan kebijakan yang lebih berani dan inovatif.

 

Tantangan terbesar bagi pemerintahan dan Menteri Keuangan yang baru adalah meyakinkan publik dan pasar bahwa perubahan ini merupakan langkah trnasformatif menuju masa depan yang lebih baik.

 

Masa-masa krusial ke depan akan menjadi ujian nyata: apakah Indonesia akan kehilangan jangkar atau justru menemukan navigator baru untuk berlayar lebih cepat.

 

×
Berita Terbaru Update