Notification

×

Iklan

Iklan

Belajar Merdeka dari Belenggu Media

Kamis, 21 Agustus 2025 | 06.18 WIB Last Updated 2025-08-21T00:22:09Z

Muhammad Syukri, M.I.Kom.,

OPINI.CO - Satu dekade ini, kita melewati riuhnya dunia media sosial yang tidak memiliki batas. Kita bak terjebak dalam badai yang terus mengamuk, notifikasi datang silih berganti, meme berterbangan, video viral tidak terhitung, opini saling bersautan, tiba-tiba datang menerpa alam ke-kepoan, membawa kita hanyut dalam arus deras yang tidak berujung.

 

Betapa dahsyatnya, bagaikan tsunami yang tidak terbendung, tidak bisa terhentikan. Dari usia Balita, Anak-anak, Remaja hingga yang lanjut usia  turut terdampak, hingga menembus segala sisi yang terdalam. Lantas, bagaimana kita tetap bisa merasa Merdeka?, di tengah gelombang arus yang begitu deras, bagaimana kita tetap berdiri tegak?

 

Yaa… kadang kita lupa berfikir butuh atau tidak, atau mungkin saja kita pernah merasa bingung, mana informasi yang benar, mana yang hanya kabar hoax. Terlalu banyak berita yang tersebar, kadang kita tidak sempat mencerna, terlalu cepat datangnya. Kita kehilangan kemampuan untuk memilah, apa yang harus kita ambil, apa yang harus kita tinggalkan.

 

Merdeka dari belenggu media bukan berarti menutup mata, bukan berarti kita menutup telinga pada dunia Media. Tetapi, Merdeka artinya mampu memilih yang terbaik, menyaring yang relevan, menolak yang tidak berguna. Seperti memilih teman, kita harus selektif, menjaga agar yang masuk ke hidup kita adalah yang memberi makna.

 

Mungkin kita pernah rasakan bersama, disaat scrolling media sosial tanpa arah, konten datang, kadang membuat tertawa, semakin penasaran, kemudian menjadi lupa waktu berjam-jam terlewati begitu saja. Namun, sering kali justru yang tersisa hanya rasa lelah, cemas, kurang tidur dan kebingungan yang tidak ada habisnya.

 

Namun, perlu kita sadari, kebebasan bermedia terletidak pada pilihan kita sendiri, untuk tidak terjebak dalam arus yang menyesatkan. Seperti sungai yang mengalir deras, meski airnya tidak henti mengalir, kita tetap bisa duduk di tepiannya, menikmati ketenangan, memilih jalannya. Kita bebas untuk memilih jalan yang tidak terhanyut, dan menikmati kedamaian di tengah derasnya arus.


Memang tidak mudah, kita perlu belajar untuk “merdeka” dari belenggu media, perlu menepi agar tidak hanyut dalam dahsyatnya tsunami informasi. Itu sangat mungkin, jika kita disiplin membuat batasan dalam hidup, tentukan waktu, pilih hanya informasi yang memberi manfaat, selektif dalam memilih sumber informasi yang dibutuhkan, agar yang masuk hanyalah yang bermanfaat bagi kita.

 

Pada akhirnya, kita belajar Merdeka dari belenggu Media bukan hanya soal kebebasan memilih, tapi juga kemampuan menyaring informasi, mengambil yang baik, meninggalkan yang buruk.
Dan yang terpenting, kita mampu menjaga ketenangan di tengah Dunia yang bising. Kita bebas Merdeka, bukan karena tidak ada yang mengatur, Tapi karena kita mampu mengatur apa yang masuk dalam hidup kita.

 

* Muhammad Syukri, M.I.Kom, adalah lulusan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya dan praktisi media specialist.

×
Berita Terbaru Update