![]() |
Muhammad Syukri, M.I.Kom., |
Betapa dahsyatnya, bagaikan tsunami yang tidak terbendung, tidak bisa
terhentikan. Dari usia Balita, Anak-anak, Remaja hingga yang lanjut usia turut terdampak, hingga menembus segala sisi
yang terdalam. Lantas, bagaimana kita tetap bisa merasa Merdeka?, di tengah
gelombang arus yang begitu deras, bagaimana kita tetap berdiri tegak?
Yaa… kadang kita lupa berfikir butuh atau tidak, atau mungkin saja kita
pernah merasa bingung, mana informasi yang benar, mana yang hanya kabar hoax. Terlalu
banyak berita yang tersebar, kadang kita tidak sempat mencerna, terlalu cepat
datangnya. Kita kehilangan kemampuan untuk memilah, apa yang harus kita ambil,
apa yang harus kita tinggalkan.
Merdeka dari belenggu media bukan berarti menutup mata, bukan
berarti kita menutup telinga pada dunia Media. Tetapi, Merdeka artinya mampu
memilih yang terbaik, menyaring yang relevan, menolak yang tidak berguna. Seperti
memilih teman, kita harus selektif, menjaga agar yang masuk ke hidup kita
adalah yang memberi makna.
Mungkin kita pernah rasakan bersama, disaat scrolling media
sosial tanpa arah, konten datang, kadang membuat tertawa, semakin penasaran,
kemudian menjadi lupa waktu berjam-jam terlewati begitu saja. Namun, sering
kali justru yang tersisa hanya rasa lelah, cemas, kurang tidur dan kebingungan
yang tidak ada habisnya.
Namun, perlu kita sadari, kebebasan bermedia terletidak pada pilihan
kita sendiri, untuk tidak terjebak dalam arus yang menyesatkan. Seperti sungai
yang mengalir deras, meski airnya tidak henti mengalir, kita tetap bisa duduk
di tepiannya, menikmati ketenangan, memilih jalannya. Kita bebas untuk memilih
jalan yang tidak terhanyut, dan menikmati kedamaian di tengah derasnya arus.
Memang tidak mudah, kita perlu belajar untuk “merdeka” dari belenggu
media, perlu menepi agar tidak hanyut dalam dahsyatnya tsunami informasi. Itu sangat
mungkin, jika kita disiplin membuat batasan dalam hidup, tentukan waktu, pilih
hanya informasi yang memberi manfaat, selektif dalam memilih sumber informasi
yang dibutuhkan, agar yang masuk hanyalah yang bermanfaat bagi kita.
Pada akhirnya, kita belajar Merdeka dari belenggu Media bukan hanya
soal kebebasan memilih, tapi juga kemampuan menyaring informasi, mengambil yang
baik, meninggalkan yang buruk.
Dan yang terpenting, kita mampu menjaga ketenangan di tengah Dunia yang bising.
Kita bebas Merdeka, bukan karena tidak ada yang mengatur, Tapi karena kita
mampu mengatur apa yang masuk dalam hidup kita.
* Muhammad Syukri, M.I.Kom, adalah lulusan
Magister Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya dan praktisi media specialist.