![]() |
Foto: Dokpri |
Menurut Syaifudin, aparat seharusnya menjadi pelindung rakyat, bukan justru menimbulkan rasa takut. “Kejadian ini ironis, karena seharusnya aparat hadir menjaga ketertiban dan keselamatan masyarakat. Jika justru menabrak rakyat kecil yang sedang mencari nafkah, ini menjadi pukulan serius terhadap wibawa institusi,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa keberadaan Ojol adalah bagian penting dari denyut ekonomi rakyat. Perlakuan represif terhadap mereka sama saja dengan menekan kelompok masyarakat kecil yang sedang berjuang memenuhi kebutuhan hidup. “Rakyat kecil seperti pengemudi Ojol adalah wajah nyata perjuangan ekonomi di tengah sulitnya kondisi. Maka aparat harus memberi rasa aman, bukan ancaman,” imbuhnya.
GMNI Kabupaten Malang, kata Syaifudin, mendesak adanya langkah tegas dan transparan dalam penanganan kasus tersebut. “Kami meminta proses hukum berjalan tanpa pandang bulu, serta ada evaluasi serius agar tindakan serupa tidak berulang. Aparat harus mengedepankan sikap humanis, bukan represif,” tegasnya.
Sebagai organisasi kerakyatan yang berhaluan Marhaenisme, GMNI menilai kejadian ini harus menjadi momentum refleksi bersama. Syaifudin menambahkan, negara hanya akan kuat jika berpihak pada rakyat kecil. “Jangan sampai rakyat merasa sendirian menghadapi kekerasan aparat. Keadilan harus hadir dan aparat wajib menjadi pengayom,” tutupnya.