![]() |
Penulis Syaifudin Zuhri, S.Pd., Ketua DPC GMNI Kabupaten Malang. |
Bung Karno pernah menegaskan bahwa gotong royong adalah puncak dari nilai kebudayaan Indonesia. Bukan sekadar kerja bersama, melainkan jiwa persatuan yang menghapus sekat antar golongan demi cita-cita besar. Hari ini, di usia 80 tahun kemerdekaan, semangat itu justru semakin relevan. Kita hidup dalam era yang penuh tantangan—ketimpangan sosial, ancaman disintegrasi, krisis lingkungan, hingga penetrasi ideologi yang menggerus nasionalisme. Tanpa persatuan dan gotong royong, bangsa ini akan rapuh menghadapi gelombang zaman.
Sebagai kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), kita wajib menyalakan kembali api persatuan. GMNI sejak awal berdiri membawa misi untuk melanjutkan ajaran Bung Karno: berdiri di atas Marhaenisme, mengangkat suara kaum tertindas, dan menyatukan anak bangsa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Hari ini, pekikan “Merdeka!” bukan sekadar seruan, tetapi panggilan untuk bergerak bersama, menyatukan langkah, serta menguatkan solidaritas antar-kader, antar-rakyat, dan antar-bangsa.
Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini bukanlah hadiah, melainkan hasil cucuran darah dan air mata para pejuang. Maka tugas kita generasi muda adalah memastikan kemerdekaan ini tidak hanya berhenti pada simbol, tetapi menjelma dalam wujud nyata: kedaulatan pangan, keadilan sosial, dan pemerataan kesejahteraan. Gotong royong ala Soekarno harus menjadi fondasi untuk melawan segala bentuk penindasan, baik dari luar maupun dari dalam negeri.
Refleksi di usia 80 tahun kemerdekaan adalah momentum bagi GMNI dan seluruh anak bangsa untuk meneguhkan kembali cita-cita Indonesia merdeka. Bahwa bersatu bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Bahwa gotong royong bukan hanya romantisme masa lalu, melainkan jalan menuju masa depan. Bahwa pekikan “Merdeka!” adalah kompas moral bagi setiap perjuangan.
Sebagai Ketua DPC GMNI Kabupaten Malang, saya mengajak seluruh kader untuk tidak pernah lelah bersatu, bergotong royong, dan berjuang bersama rakyat. Karena hanya dengan semangat itulah bangsa ini akan mampu menjemput harapan di usia 80 tahun kemerdekaan: Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan sebagaimana diimpikan oleh Bung Karno.
Merdeka!