Notification

×

Iklan

Iklan

Gen Z dan Agama Digital Tantangan Gen Z dalam Memahami Agama Secara Praktis Melalui Media Digital

Rabu, 23 Juli 2025 | 18.44 WIB Last Updated 2025-07-23T11:44:34Z

Ahmad Faisal Mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. (Dok. Ybs) 

OPINI.CO. SURABAYA - Kemajuan teknologi digital tidak hanya membawa perubahan dalam dunia informasi, pendidikan, dan sosial, tetapi juga berdampak signifikan pada masyarakat, khususnya Gen Z, dalam memandang dan mengamalkan agama. Generasi ini, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh didunia yang sangat terhubung dengan internet dan teknologi diglital. Agama yang dulu dihayati secara konvensional, kini juga hadir dalam format digital, membawa transformasi besar dalam spiritualitas dan praktik beragama mereka. Fenomena “agama digital” pun muncul sebagai respon terhadap kebutuhan Gen Z untuk menemukan dan menghayati agama dalam lingkungan digital.


Transformasi Digital dalam Kehidupan Beragama


Digitalisasi agama memiliki beberapa aspek, termasuk penyebaran informasi agama melalui platform media sosial, video dakwah di Youtube, aplikasi pembelajaran agama, hingga live streaming acara-acara keagamaan. Platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan Facebook memungkinkan konten agama disebarluaskan dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Hal ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas informasi agama, tetapi juga memungkinkan terjadinya dialog dan diskusi agama lintas budaya dan negara. Bagi Gen Z, agama digital menawarkan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam mengakses berbagai sudut pandang keagamaan.


Namun, fenomena ini juga memunculkan tantangan baru. Di dunia digital, informasi agama dapat menyebar tanpa adanya proses validasi yang ketat, sehingga banyak informasi yang beredar atau bahkan memicu kebencian. Gen Z, yang sangat dekat dengan internet, seringkali dihadapkan pada berbagai pandangan yang mungkin tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai tradisional agama yang diajarkan. Tantangan ini menggaris bawahi pentingnya literasi digital, sehingga generasi ini dapat memilah informasi dengan bijak dan memahami mana yang sejalan dengan ajaran agama serta m ana yang menyimpang.

 

Komunitas Agama Digital dan Identitas Spiritual


Komunitas agama digital juga memberikan ruang bagi Gen Z untuk merasa terhubung dan memiiliki tempat berbagi pandangan serta pengalaman spiritual tanpa batasan jarak dan waktu. Grup WhatsApp atau komunitas di Facebook, misalnya, memungkinkan anggota untuk bertanya, berdiskusi,  dan menemukan dukungan spiritual kapanpun dibutuhkan. Hal ini sangat membantu mereka yang tinggal didaerah terpencil atau di lingkungan yang kurang mendukung kegiatan keagamaan.


Keterlibatan dikomunitas digital ini turut mempengaruhi identitas spiritual Gen Z. Identitas agama yang dulu terbentuk dari lingkungan keluarga, komunitas lokal, dan tempat ibadah, kini diperkaya oleh interaksi dengan berbagai komunitas global. Gen Z bisa lebih bebas mengekspresikan identitas agama mereka, mengembangkan pemahaman agama yang mungkin lebih inklusif, pluralis, dan terbuka. Di sisi lain, terdapat resiko bahwa terlalu banyak sumber informasi dapat menimbulkan kebingungan atau bahkan membentuk identitas agama yang tidak stabil.

 

Tantangan Konsumerisme Religius dalam Agama Digital.


Seiring dengan perkembangan agama digital, konsumerisme keagamaan mulai muncul, dimana konten agama disajikan dalam bentuk yang menarik dan menghibur untuk menarik perhatian audiens, terutama dari Gen Z. Di satu sisi, hal ini membantu menyebarkan ajaran agama kepada lebih banyak orang dengan cara yang menarik. Namun, ada kekhawatiran bahwa pendekatan ini membuat agama lebih diperlakukan sebagai konsumsi produk dibandingkan praktik spiritual. Ajaran agama berpotensi tertanam atau bahkan dipermainkan untuk memenuhi algoritma media sosial yang menuntut keterlibatan tinggi.


Pada platform seperti TikTok misalnya, beberapa pengguna mungkin hanya melihat aspek-aspek tertentu dari agama yang disajikan dalam format singkat dan menarik, namun kurang mendalam. Ini dapat memperoleh esensi dari ajaran agama yang lebih komprehensif. Agama bisa menjadi sekadar tren atau hobi bagi sebagian orang, dan dampaknya adalah praktik keagamaan yang bersifat mendalam atau hanya bersifat seremonial tanpa pemahaman mendalam .

 

Dampak Jangka Panjang: Kemandirian Spiritual atau Keterasingan?


Dimasa depan, agama digital dapat membawa dampak yang mendalam bagi kehidupan spiritual Gen Z. Disatu sisi, keterbukaan informasi memungkinkan mereka untuk lebih mandiri dalam mencari dan memahami ajaran agama yang sesuai dengan keyakinan mereka. Internet menyediakan akses ke berbagai perspektif, sehingga mereka dapat memilih ajaran yang dirasa paling relevan. Namun, kemandirian ini juga berpotensi menimbulkan isolasi spiritual, dimana seseorang tidak lagi merasakan kebutuhan untuk bergabung dalam komunitas fisik atau mengunjungi tempat ibadah.


Keterasingan ini bisa membuat hubungan sosial dan emosional dengan komunitas keagamaan menjadi lemah. Agama digital mungkin memberikan kepuasan spiritual sementara, tetapi apakah itu cukup untuk menggantikan ikatan komunitas yang telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan beragama? Dalam situasi ini, tantangan bagi Gen Z adalah menemukan keseimbangan antara praktik agama digital dan keterlibatan dalam komunitas fisik.


Sedikit menarik kesimpulan bahwasannya Gen Z dan agama digital adalah kombinasi yang membawa banyak potensi sekaligus tantangan. Teknologi digital memungkinkan mereka mengakses dan mengamalkan agama dengan cara yang lebih fleksibel dan sesuai dengan gaya hidup mereka. Namun, keterbukaan ini juga mengharuskan mereka lebih bijak dalam memilah informasi dan menjaga esensi dari ajaran agama yang mereka anut. Ditengah derasnya arus informasi dan konten agama yang terus bertambah, Gen Z perlu mengembangkan literasi digital yang baik serta kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara identitas spiritual pribadi dengan keterhubungan dalam komunitas keagamaan fisik. Saya juga melihat Agama digital pula merupakan fenomena yang sedang berkembang, dan dampaknya akan terus berubah seiring berjalannya waktu. Namun yang pasti adalah bahwa Gen Z memiliki peran penting dalam membentuk masa depan kehidupan beragama di era digital ini. Dengan pendekatan yang bijak dan seimbang, agama digital dapat menjadi alat yang memperkaya, bukan menggantikan, esensi dari pengalaman spiritual mereka.

 

×
Berita Terbaru Update