![]() |
Dimas Julian Arman Ketua Umum PD IPM Lamongan. (Dok. Ybs) |
Momentum milad ini menjadi ruang refleksi
untuk menelaah bagaimana IPM tidak semata menjadi wadah aktivitas pelajar,
namun juga menjadi laboratorium ide yang melahirkan generasi intelektual muda
yang sadar akan tugas zaman. Dalam konteks ini, refleksi epistemologis menjadi
penting untuk memahami akar dan arah gerak IPM sebagai gerakan pelajar yang
berbasis pengetahuan.
IPM telah menegaskan dirinya sebagai ruang
epistemik yang dimana tempat ide-ide lahir, bertumbuh, diuji, dan disebarkan.
Melalui berbagai perangkat kaderisasi seperti pengkaderan formal, penguatan
literasi, dan ruang-ruang diskusi ilmiah, IPM membentuk kader yang tak hanya
aktif secara fisik, tetapi tajam secara pemikiran dan berkarakter dalam
tindakan.
Di tengah arus pragmatisme pendidikan dan
derasnya banjir informasi digital, IPM hadir membangun sistem berpikir yang
rasional dan kritis di kalangan pelajar. Hal ini menjadi pembeda IPM dengan
organisasi pelajar lainnya: keberpihakannya pada nalar dan ilmu. Pendidikan
kaderisasi IPM tidak berhenti pada administrasi dan seremonial, tetapi
menyentuh dimensi filosofis dan spiritual dari gerakan pelajar itu sendiri.
Tema Milad ke-64 tahun ini, “Karya Pelajar
untuk Indonesia Raya,” bukanlah sekadar slogan. Ia adalah kristalisasi dari
keyakinan bahwa setiap karya besar harus bermula dari fondasi intelektual yang
kokoh. Di sinilah pentingnya menumbuhkan budaya berpikir ilmiah dan reflektif
dalam tubuh IPM, bahwasanya setiap program, setiap keputusan, dan setiap aksi
harus bersandar pada keilmuan dan kesadaran nilai.
Epistemologi gerakan pelajar tidak dapat
dilepaskan dari kesadaran sejarah dan visi masa depan. IPM lahir dari rahim
gerakan dakwah dan pendidikan Muhammadiyah yang meyakini bahwa pelajar bukan
sekadar objek pembangunan, melainkan subjek utama perubahan. Oleh karena itu,
pelajar IPM didorong untuk terus belajar, mengkaji, menulis, berdialektika, dan
berkarya dalam bingkai nilai Islam dan semangat kebangsaan.
Hari ini, ketika pelajar dihadapkan pada
tantangan globalisasi, krisis identitas, hingga distorsi informasi, IPM harus
tampil sebagai garda terdepan dalam menjaga nalar sehat pelajar Indonesia.
Tantangan hari ini bukan sekadar kuantitas kegiatan, melainkan kualitas gagasan
yang lahir dari ruang-ruang belajar yang merdeka dan tercerahkan.
Refleksi ini menegaskan bahwa IPM bukan
hanya ruang gerak, tetapi juga ruang pikir. IPM adalah rumah besar pelajar yang
mendorong peradaban melalui ilmu, akhlak, dan aksi kolektif. Di usianya yang
ke-64 tahun, IPM harus semakin menancapkan posisinya sebagai intelektual
kolektif pelajar menjadi tempat ide besar lahir, dikaji, dan dibawa untuk
membangun Indonesia Raya yang tercerahkan.