Notification

×

Iklan

Iklan

Epistemologi Gerakan Pelajar Refleksi 64 Tahun Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Sabtu, 19 Juli 2025 | 15.38 WIB Last Updated 2025-07-19T08:57:18Z

Dimas Julian Arman Ketua Umum PD IPM Lamongan. (Dok. Ybs)
OPINI.CO. LAMONGAN
- Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tepat hari ini genap berusia 64 tahun. Di usianya yang semakin matang, IPM terus menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi pelajar yang tidak hanya bergerak secara struktural, tetapi juga substantif dalam membangun peradaban melalui pendidikan, dakwah, dan kebudayaan pelajar yang berkemajuan.


Momentum milad ini menjadi ruang refleksi untuk menelaah bagaimana IPM tidak semata menjadi wadah aktivitas pelajar, namun juga menjadi laboratorium ide yang melahirkan generasi intelektual muda yang sadar akan tugas zaman. Dalam konteks ini, refleksi epistemologis menjadi penting untuk memahami akar dan arah gerak IPM sebagai gerakan pelajar yang berbasis pengetahuan.


IPM telah menegaskan dirinya sebagai ruang epistemik yang dimana tempat ide-ide lahir, bertumbuh, diuji, dan disebarkan. Melalui berbagai perangkat kaderisasi seperti pengkaderan formal, penguatan literasi, dan ruang-ruang diskusi ilmiah, IPM membentuk kader yang tak hanya aktif secara fisik, tetapi tajam secara pemikiran dan berkarakter dalam tindakan.


Di tengah arus pragmatisme pendidikan dan derasnya banjir informasi digital, IPM hadir membangun sistem berpikir yang rasional dan kritis di kalangan pelajar. Hal ini menjadi pembeda IPM dengan organisasi pelajar lainnya: keberpihakannya pada nalar dan ilmu. Pendidikan kaderisasi IPM tidak berhenti pada administrasi dan seremonial, tetapi menyentuh dimensi filosofis dan spiritual dari gerakan pelajar itu sendiri.


Tema Milad ke-64 tahun ini, “Karya Pelajar untuk Indonesia Raya,” bukanlah sekadar slogan. Ia adalah kristalisasi dari keyakinan bahwa setiap karya besar harus bermula dari fondasi intelektual yang kokoh. Di sinilah pentingnya menumbuhkan budaya berpikir ilmiah dan reflektif dalam tubuh IPM, bahwasanya setiap program, setiap keputusan, dan setiap aksi harus bersandar pada keilmuan dan kesadaran nilai.


Epistemologi gerakan pelajar tidak dapat dilepaskan dari kesadaran sejarah dan visi masa depan. IPM lahir dari rahim gerakan dakwah dan pendidikan Muhammadiyah yang meyakini bahwa pelajar bukan sekadar objek pembangunan, melainkan subjek utama perubahan. Oleh karena itu, pelajar IPM didorong untuk terus belajar, mengkaji, menulis, berdialektika, dan berkarya dalam bingkai nilai Islam dan semangat kebangsaan.


Hari ini, ketika pelajar dihadapkan pada tantangan globalisasi, krisis identitas, hingga distorsi informasi, IPM harus tampil sebagai garda terdepan dalam menjaga nalar sehat pelajar Indonesia. Tantangan hari ini bukan sekadar kuantitas kegiatan, melainkan kualitas gagasan yang lahir dari ruang-ruang belajar yang merdeka dan tercerahkan.

 

Refleksi ini menegaskan bahwa IPM bukan hanya ruang gerak, tetapi juga ruang pikir. IPM adalah rumah besar pelajar yang mendorong peradaban melalui ilmu, akhlak, dan aksi kolektif. Di usianya yang ke-64 tahun, IPM harus semakin menancapkan posisinya sebagai intelektual kolektif pelajar menjadi tempat ide besar lahir, dikaji, dan dibawa untuk membangun Indonesia Raya yang tercerahkan.

×
Berita Terbaru Update