Notification

×

Iklan

Iklan

Apakah Anak Muda Masih Peduli dengan Budaya Lokal?

Jumat, 18 Juli 2025 | 15.33 WIB Last Updated 2025-07-18T08:33:48Z

Naila Mahasiswi Pendidikan Matematika Universitas Nahdlatul Ulama Kalbar. (Dok. Ybs)
OPINI.CO. KUBU RAYA - Sekarang ini kita hidup di zaman yang segalanya serba cepat, serba praktis, dan serba digital. Segala informasi bisa kita akses hanya lewat ponsel. Budaya luar negeri masuk dengan sangat mudah lewat media sosial, film, musik, dan tren viral. Tidak heran kalau banyak anak muda lebih kenal lagu K-Pop dari pada lagu daerah, atau lebih hafal gaya busana artis luar di banding pakaian adat sendiri. Di tengah kondisi seperti itu, wajar muncul pertanyaan:

 

Apakah anak muda sekarang masih peduli dengan budaya lokal?

 

Kalau kita lihat sepintas, memang terlihat kalau minat anak muda terhadap budaya daerah mulai berkurang. Misalnya saja, banyak yang merasa malu memakai baju adat karena dianggap kuno. Ada juga yang merasa tidak penting untuk belajar bahasa daerah karena lebih sering pakai bahasa Indonesia campur Inggris. Belum lagi kalau disuruh menari tarian tradisional, kebanyakan langsung minder dan menolak karena merasa itu bukan bagian dari dunia mereka. Semua ini jadi alasan kenapa banyak orang berfikir bahwa generasi muda mulai menjauh dari budayanya sendiri.

 

Tapi, kalau di lihat lebih dalam, sebenarnya tidak sesederhana itu. Anak muda masa kini bukan tidak peduli, mereka cuma punya cara sendiri dalam mengekspresikan kepeduliannya. Mereka tetap tertarik sama budaya lokal, tapi ingin mengenalnya dengan cara yang lebih dekat dengan keseharian mereka yang cepat, kreatif, dan relevan dengan dunia digital.

 

Contohnya banyak sekali. Sekarang banyak konten budaya yang di bikin oleh anak muda dan viral di media sosial. Ada yang bikin video tutorial menari tradisional dengan iringan lagu remix, ada yang bahas filosofi batik sambil nge-vlog, bahkan ada juga yang bikin konten mukbang makanan tradisional sambil cerita sejarahnya. Mereka menggunakan platform kekinian seperti TikTok, Instagram, dan YouTube untuk menyampaikan pesan budaya dengan cara yang menyenangkan. Jadi, budaya lokal tetap bisa dikenal dan dicintai tanpa harus terasa berat atau membosankan.

 

Di luar dunia maya, banyak juga komunitas seni yang digerakkan oleh anak muda. Di sekolah atau kampus, masih banyak siswa dan mahasiswa yang ikut sanggar tari, gamelan, teater tradisional, bahkan komunitas pelestari bahasa daerah. Mereka ini aktif latihan, tampil di berbagai acara, bahkan ada yang ikut festival budaya sampai ke luar negeri. Jadi jangan salah, meskipun kelihatan lebih modern, mereka tetap punya semangat untuk menjaga budaya sendiri.

 

Sayangnya, semua usaha itu sering kali nggak didukung secara maksimal. Pelajaran tentang budaya lokal di sekolah kadang cuma jadi pelengkap, bukan yang utama. Media massa juga lebih sering menayangkan budaya luar dibanding mengenalkan budaya sendiri. Pemerintah pun belum terlalu banyak memberi ruang kreatif buat anak muda yang ingin mengembangkan budaya daerahnya. Padahal kalau mereka diberi fasilitas, pelatihan, dan apresiasi, pasti semangat mereka bisa lebih besar lagi.

 

Kita juga harus sadar kalau budaya itu bukan sesuatu yang harus selalu kaku atau tetap seperti dulu. Justru budaya akan terus hidup kalau bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Anak muda bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Dengan kreativitas mereka, budaya lokal bisa dikemas ulang menjadi lebih menarik, tanpa harus kehilangan nilai aslinya. Misalnya, membuat desain baju adat yang bisa dipakai sehari-hari, menciptakan musik moderen dengan alat tradisional, atau menceritakan legenda daerah dalam bentuk film pendek animasi.

 

Jadi, kuncinya bukan sekadar bertanya apakah anak muda peduli atau tidak. Tapi bagaimana semua pihak sekolah, keluarga, pemerintah, hingga media bisa menciptakan suasana yang mendukung anak muda untuk mengenal dan mencintai budaya lokalnya. Anak muda itu punya energi dan ide-ide luar biasa, tinggal bagaimana cara kita mengarahkan dan menemani mereka dalam mengenali jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

 

×
Berita Terbaru Update