Notification

×

Iklan

Iklan

Tiga Alasan Kenapa Gresik Itu Bukan Kota yang Cocok Buat Ngampus

Senin, 19 Mei 2025 | 00.23 WIB Last Updated 2025-05-19T01:03:41Z

Mohammad Mujibur Rohman Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. (Dok. Ybs)
OPINI.CO. GRESIKKalo menyebut kota Gresik, yang terlintas dalam pikiran kita sebagian besar adalah kotanya para wali, kota beriman, dan ya yang gak jauh-jauh dari agama islam. Anggapan tersebut wajar ada karena dulu pada zaman sebelum kemerdekaan Gresik ini tempatnya para wali, bahkan bisa dibilang pusatnya karena disana ada 2 wali yang terkenal bahkan terdapat negara di dalam negara yakni giri kedaton. Di Gresik ada 2 makam wali yang terkenal, yang pertama ada sunan giri dan yang kedua ada syekh maulana malik Ibrahim. Dua tokoh sentral ini yang membawa peradaban islam di daerah timur jawa sehingga bisa maju dan berkembang sampai sekarang.

Berkembangnya peradaban islam di Gresik juga berbanding lurus dengan pendidikan yang ada disana. Ada ratusan pondok pesantren yang tersebar dari Gresik bagian utara, timur, barat, hingga selatan. Hal tersebut membuat kota Gresik semakin lekat dan kental dengan budaya serta pendidikan islam. Tapi ada satu hal yang gak cocok dan selaras kalo disandingkan dengan kota Gresik, yakni budaya pendidikan tinggi. Kalo menyandingkan kata “kampus” dengan kota tetangga yakni Surabaya rasanya masih pantas dan cocok untuk Surabaya karena disana banyak perguruan tinggi mulai dari yang statusnya negeri sampai yang statusnya swasta.


Sebagai mahasiswa yang baru lulus dari salah satu universitas swasta di Gresik, saya baru menyadari pilihan saya waktu lulus smk dulu adalah keputusan yang cukup fatal dan aneh, gimana nggak kampus yang ada dalam bayangan saya adalah tempat terbuka, tempat untuk diskusi, dan tempat untuk menyalurkan kenakalan ala-ala mahasiswa nggak kejadian di kampus saya ini. Saya juga heran kenapa kok bisa ya kulturnya kaya gini?. Saya diskusi sama temen-temen angkatan saya dan dosen di kampus saya kok vibes ngampus tuh nggak ada kenapa ya, dan ini jawaban yang bisa saya peroleh waktu kami diskusi.


Gresik itu buat cari uang, bukan cari ilmu


Salah satu dosen saya dari fakultas agama islam bercerita tentang pengalaman beliau mengajar di kampus ini. Kurang lebih beliau mengajar selama 10 tahun, dan selama 10 tahun itu dosen saya menemukan kecenderungan yang cukup umum yakni mahasiswa yang belajar disana rata-rata adalah pekerja dari pabrik yang ada di kota Gresik. Maklum ada banyak pabrik yang ada di sana, apalagi ada perusahaan besar macam PT. petrokimia Gresik dan Semen Gresik yang sekali menggaji karyawan perbulan nominalnya bisa buat foya-foya. Hal itu tentu terbalik jika dibandingkan dengan kota lain seperti, malang dan jogja yang gaji UMR sangat kecil sehingga nggak ada mahasiswa yang minat buat kerja. Fokus mahasiswa disini tidak hanya berkuliah akan tetapi juga sambil mencari nafkah, sayang kalau nggak sambil kerja karena Gresik ini memiliki UMR tertinggi di jawa timur setelah Surabaya.


Pilihan kampus yang sedikit, sedikit banget


Jumlah kampus populer yang ada disini sangat sedikit, bahkan mungkin Cuma dua kampus yang kalau disebut orang-orang akan tahu. Pertama yakni univeritas muhammadiyah Gresik yang mana itu kampus saya selama 3.5 tahun kuliah. Selama kuliah disana saya merasa nggak ada persaingan sama sekali dengan kampus lain pada saat awal masuk, entah saya yang kudet atau emang nggak ada kampus lain yang lebih banyak mahasiswanya daripada ini? Tapi yang pasti saya dan teman-teman lain rasa vibes-vibes akademik disini kurang banget sampai saya bosen kuliah pulang kuliah pulang. Yang kedua adalah kampus UISI, awal saya mengira kampus UISI jauh lebih famous dan terkenal daripada UMG tapi lah kok malah lebih populer kampus saya disbanding kampus ini. Mungkin Cuma menang di nama doang kali ya Unversitas International Semen Indonesia (kesannya internasional) tapi ya sama aja.


Mahasiswanya nggak peduli sosial dan politik


Hal yang lebih membuat saya heran disini adalah kepedulian mereka terkait isu-isu sosial dan politik sama sekali nggak ada, nol. Di kampus saya BEM pun tidak berguna, bahkan program kerja yang telah mereka susun dan olah pun nggak ada yang dikerjakan sama sekali. Banyak isu yang terjadi entah itu dari pemerintah pusat atau di kota Gresik sendiri mahasiswa jarang sekali turun ke jalan untuk menyuarakan asprirasi rakyat tersebut. Saya yang waktu itu menjadi salah satu dari anggota himpunan mahasiswa shock melihat budaya seperti ini terjadi. Bukan sekali dua kali hal tersebut terjadi, tapi beberapa kali mahasiswa tidak turun ke jalan untuk menyuarakan isu yang terjadi. Sampai saya lupa kapan terakhir kali mereka demo.


*) Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.

*) Sertakan: riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*)Naskah dikirim ke alamat e-mail soearamedianasional@gmail.com.

*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co.

*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co.
×
Berita Terbaru Update