![]() |
Penulis Khoirul Anwar Petani dari Kabupaten Malang. (Foto/Freepik) |
Dari situlah timbul pemikiran bahwa pak marhaen belumlah merdeka. Mengapa petani terjajah dan tidak akan pernah merdeka? Dan mengapa petani tidak bisa menentukan harga dari hasil jerih payah hasil bumi mereka? Mengapa kaum muda tidak mau menjadi petani? Mengapa banyak petani menjual lahanya dan lahanya beralihfungsi menjadi perumahan, minimarket dan pabrik?
Salah
satu alasan utama mengapa petani belum merdeka adalah ketidak mampuan mereka
menentukan harga hasil bumi yang mereka tanam. Petani akan selamanya tejajah
karena masih terjebak pada sistem kolonial yakni pertanian tanam paksa, mengapa
demikian? mari kita renungkan apakah masih sama sistem pertanian di masa
kolonial dengan fenomena petani hari ini, petani berjuang keras ketika ingin
menanam suatu komoditi tertentu mereka harus mengeluarkan modal sendiri, kerja
sendiri, menanggung resiko gagal panen sendiri, ketika sudah musim panen harga
jual tidak bisa menentukan sendiri harus mengikuti harga pasar dan harus
mengikuti sistem orang lain dalam menjual hasil bumi mereka. Maka dapat di
artikan dan di ambil kesimpulan bahwa dalam sistem ini petani tidak lebih dari
"tukang tanam" yang menghasilkan pangan tanpa kuasa untuk menentukan
harga jualnya.
Kondisi
ini sangat mirip dengan sistem kolonial yang ada di masa lalu, di mana petani di
anggap sebagai pekerja yang tidak memiliki kontrol atas hasil kerjanya. Sistem
pada masa kolonial adalah sistem tanam paksa, memaksa petani untuk menanam
komoditas tertentu yang harus dipanen dan di jual dengan harga yang ditentukan
oleh pihak penjajah. Kini meskipun telah merdeka pola tersebut masih berlanjut,
hanya saja dalam bentuk yang lebih modern. Meskipun petani telah bebas tetapi
mereka masih terperangkap dalam sistem yang tidak memberikan ruang bagi mereka
untuk berkembang atau menentukan nasib mereka.
Petani
tak ubahnya seperti tukang produksi padahal damal sistem bisnis banyak sekali lini
yang harus di kuasai bukan sekedar produksi, tetapi marketing juga harus di
kuasai. Jika petani masih terjebak dalam sistem ini maka Petani akan menjadi
buruh di tanah sendiri. Mereka tidak akan bisa merdeka secara ekonomi dan
sosial. Untuk itu petani harus di beri akses untuk menentukan harga hasil
pertanian mereka, di berikan kesempatan untuk mengelola rantai pasokan, dan di
berikan pelatihan untuk menguasai pemasaran serta distribusi hasil panen
mereka. Tanpa perubahan sistem yang mendasar kita akan terus melihat fenomena
yang sama, petani yang terjebak dalam kemiskinan dan ketergantungan pada sistem
yang tidak menguntungkan mereka sehingga mereka akan menjual tahahnya dengan
harga murah dan tanah itu beralih fungsi
menjadi perumahan, minimarket dan sebagainya.
Efek
lain dari sistem tadi menyebabkan generasi muda enggan menjadi petani, bahkan
dalam lingkungan sosial kita banyak orang tua yang tidak setuju jika anaknya
menjadi seorang petani terlebih ketika anaknya sudah mengenyam pendidikan dan menjadi sarjana. Generasi muda akan berfikir
siapa yang ingin menghabiskan hidupnya di tengah tanah, berjuang dengan keras,
tetapi tetap bergantung pada sistem yang tidak memguntungkan? Mereka akan
memilih mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan, meskipun itu harus
meninggalkan tanah dan desa mereka bahakan yang sempat ramai di media sosial
kabur aja dulu.
*)Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.
*)Sertakan riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*)Naskah dikirim ke alamat e-mail soearamedianasional@gmail.com.
*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co.
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co.