![]() |
Mia Kultsum Safitri Mahasisiwi Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Ybs) |
Adakalanya,
Self-Awareness dikaitkan dengan Self-Knowledge (pengetahuan
diri). Self-Knowledge menggambarkan fakta bahwa seseorang memiliki
pengetahuan tentang nilai, motif, kekuatan dan kelemahan, sementara Self-Awareness
menggambarkan fakta bahwa seseorang secara berkelanjutan bertanya dan
mengevaluasi, merefleksikan kekuatan dan kelemahannya (Suhartanto, 2024).
Menurut
Wong (2010), ia meringkas bahwa Self-Awareness adalah bukan akhir,
tetapi proses pengembangan untuk memahami kekuatan dan kelemahan, akhirnya
menjadi sadar serta percaya akan perasaan seseorang. Dengan kata lain, konsep Self-Awareness
berfokus pada proses dinamis di mana individu merefleksikan nilai dan
mengujinya. Dari sini dapat dipahami bahwa Self-Awareness itu tidak sama
dengan Self-Knowledge. Self-Knowledge adalah anteseden (stimulus)
dari Self-Awareness.
Mengapa
sih, Self-Awareness ini harus kita lakukan terutama saat berkuliah ini?
Selain untuk menjaga kewarasan dan kesehatan mental kita, dari sini kita juga
bisa segera mengetahui apa yang sebenarnya cocok dan pas untuk kita di masa
yang akan mendatang. Dimana saat kita ingin memulai kehidupan di jenjang
perkuliahan, kita sedikit demi sedikit sudah mulai mengetahui apa minat dan
bakat kita, apa keterampilan yang ahlinya, apa jurusan kuliah yang cocok untuk
kita, dan apa yang akan kita ambil saat di waktu mencari pekerjaan nanti. Ini
semua dilakukan juga memiliki manfaatnya, seperti kita bisa memahami perasaan
diri sendiri, tidak selalu menyalahkan beberapa orang dalam hidup kita, mampu
mengontrol apa yang seharusnya tidak kita keluarkan, dan saat kita sudah
mengetahui kekurangan kita, sebisa mungkin untuk mencoba mengurangi sehingga
tidak seringkali kekurangan tersebut keluar yang membuat orang lain
mengetahuinya. Karena pasa dasarnya, sesama manusia akan sulit untuk menerima
kekurangan yang ada pada masing-masing individu hingga saat ini.
Dalam
pandangan Rogers, setiap orang memiliki potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh
secara kreatif. Kegagalan dalam mewujudkan potensi disebabkan oleh pengaruh
faktor luar seperti pengasuhan orang tua, dan pengaruh sosial lainnya. Namun,
pengaruh yang merugikan ini dapat dikelola jika ia mampu mengambil tanggung
jawab untuk hidupnya. Dalam banyak kasus, banyak sekali yang akhirnya hanya
menerima dan menganggap ini sebagai pengalamannya sebagai wujud representasi
yang tepat tentang kenyataan dan tidak ingin mencoba dan mencari lebih jauh
lagi, sehingga menghasilkan konsepsi yang tidak tepat antara dunia luar dengan
diri sendiri (Suhartanto, 2024).
Sebagai
mahasiswi di program studi Psikologi, Self-Awareness ini sudah terdengar
sebagai kata-kata yang biasa, namun ia memiliki makna dan tujuan yang sangat
baik bagi diri sendiri. Dari kita selalu menerapkan Self-Awareness, kita
juga sebagai mahasiswa yang sedang berkuliah bisa menjadi lebih care terhadap
sesama dikarenakan kita saja sudah peduli terhadap diri sendiri, dan ini
berlanjut hingga kita bisa peduli tentang kekurangan yang lainnya, dan tidak
men-judge atas kekurangan yang dimiliki masing-masing individu ini.
Namun,
Self-Awareness ini seringkali dianggap hal yang “lebay” karena melihat
banyaknya yang sudah menerapkan prinsip ini dan banyak sekali yang menilai
bahwa hal ini tidak seharusnya diterapkan terus-menerus. Padahal, dari
menerapkan prinsip ini, banyak sekali yang akhirnya bisa berkembang dan tumbuh
di kelebihannya masing-masing dan juga bisa menerima apa yang sudah ia usahakan
namun tidak sesuai ekspektasi. Hal ini karena ia telah menerapkan prinsip Self-Awareness
sehingga ia bisa menerima kenyataan yang sebenarnya itu bukanlah keinginan
dan juga impian dia.
Selain
itu, dari menerapkan prinsip Self-Awareness ini, kita juga bisa tetap
sehat baik fisik maupun mental dikarenakan prinsip ini mengajarkan kita untuk
selalu berpikir positif terhadap apa yang terjadi saat itu dan juga mampu
mengembangkan diri di kelebihan yang kita miliki. Sebagai gen z yang akan
meneruskan bangsa ini, kita haruslah tetap sadar dan selalu berkembang demi
mewujudkan cita-cita bangsa yang diharapkan kepada generasi penerus bangsa ini.
Sebagai wujud dari Self-Awareness, banyak sekali content creator yang
sukses di bidang yang ia minati karena ia telah mengetahui kelebihan yang
dimiliki dan akhirnya mereka pun mengembangkan kelebihan itu sembari memikirkan
kekurangan yang dimiliki agar ia bisa menyadari kekurangannya dan meminimalkan
hal-hal yang memang dianggap kurang itu.
Dari
penjelasan di atas, kita pun akhirnya sudah lebih paham terkait makna dari Self-Awareness
ini. Dari Self-Awareness ini, pada akhirnya kita menjadi lebih bisa
mengenali diri kita sendiri, baik itu kelebihan maupun kekurangan, dan ini juga
merupakan sebuah bantuan untuk mencari jati diri kita sebagai remaja akhir yang
menuju usia dewasa awal. Kelebihan dan kekurangan dalam diri kita ini harus
kita sadari sejak dini, agar kita dapat pergunakan kelebihan ini dengan baik
dan menyadari kelemahan kita dalam hal apapun agar tidak terjadi perdebatan
yang panjang dikarenakan kekurangan yang dimiliki masing-masing individu itu
berbeda-beda. Untuk semuanya, mari kita terapkan prinsip ini, agar kehidupan
kita dapat berjalan dengan baik dan bisa menginspirasi banyak orang-orang agar
kita juga bisa tetap sehat mentalnya dan tidak merasa selalu kekurangan dalam
hal apapun. Dengan prinsip ini, InsyaaAllah, kita bisa menghadapinya kerasnya
dunia ini.
*) Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.
*) Sertakan: riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*)Naskah dikirim ke alamat e-mail soearamedianasional@gmail.com.
*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co.
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co.